Cerita Pendek
Cerpen, akronim dari cerita pendek, merupakan jenis prosa yang baru berkembang pada masa modern. Sebagai bagian dari genre prosa, yang membedakan cerpen dari jenis prosa yang lain, seperti hikayat dan novel, adalah plotnya yang tidak rumit, tokoh yang terbatas, persoalan yang tidak banyak dan bentuk karangannya yang pendek.
Sebuah cerpen memiliki tema, pesan moral dan gaya penulisan tersendiri, sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan pengarangnya. Proses penulisan sebuah cerpen cenderung lebih mudah dibanding penulisan sebuah novel, oleh sebab itu genre ini lebih banyak dimanfaatkan oleh para penulis untuk menyampaikan ide dan gagasan mereka kepada khalayak. Sifat cerpen juga sangat elastis dan cepat mengakomodasi persoalan yang sedang berkembang di masyarakat. Dengan posisinya yang seperti itu, cerpen bisa dijadikan gambaran dan cermin sosial mengenai kondisi sosial budaya suatu tempat saat cerpen itu ditulis. Sebagai karya sastra yang pendek, biasanya cerpen yang baik memiliki kata dan kalimat yang tepat, kuat dan enerjik, sehingga pesan dan maksud pengarang akan terasa lebih merasuk di hati para pembaca. Dalam sastra Melayu lama, sebenarnya penulisan model cerpen ini sudah pernah dirintis oleh Haji Ibrahim dari Kesultanan Penyengat, Riau sejak tahun 1865. Namun, saat itu genre ini tidak mendapat tanggapan yang berarti dari kalangan sastrawan apalagi khalayak, sehingga kalah bersaing dengan hikayat, syair dan pantun. Oleh sebab itu, cerpen tidak mengalami perkembangan yang berarti. Barulah ketika memasuki abad ke-20, cerpen mulai mengalami perkembangan yang cukup baik dan terus berkembang semakin pesat dewasa ini.
Cerpen, akronim dari cerita pendek, merupakan jenis prosa yang baru berkembang pada masa modern. Sebagai bagian dari genre prosa, yang membedakan cerpen dari jenis prosa yang lain, seperti hikayat dan novel, adalah plotnya yang tidak rumit, tokoh yang terbatas, persoalan yang tidak banyak dan bentuk karangannya yang pendek.
Sebuah cerpen memiliki tema, pesan moral dan gaya penulisan tersendiri, sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan pengarangnya. Proses penulisan sebuah cerpen cenderung lebih mudah dibanding penulisan sebuah novel, oleh sebab itu genre ini lebih banyak dimanfaatkan oleh para penulis untuk menyampaikan ide dan gagasan mereka kepada khalayak. Sifat cerpen juga sangat elastis dan cepat mengakomodasi persoalan yang sedang berkembang di masyarakat. Dengan posisinya yang seperti itu, cerpen bisa dijadikan gambaran dan cermin sosial mengenai kondisi sosial budaya suatu tempat saat cerpen itu ditulis. Sebagai karya sastra yang pendek, biasanya cerpen yang baik memiliki kata dan kalimat yang tepat, kuat dan enerjik, sehingga pesan dan maksud pengarang akan terasa lebih merasuk di hati para pembaca. Dalam sastra Melayu lama, sebenarnya penulisan model cerpen ini sudah pernah dirintis oleh Haji Ibrahim dari Kesultanan Penyengat, Riau sejak tahun 1865. Namun, saat itu genre ini tidak mendapat tanggapan yang berarti dari kalangan sastrawan apalagi khalayak, sehingga kalah bersaing dengan hikayat, syair dan pantun. Oleh sebab itu, cerpen tidak mengalami perkembangan yang berarti. Barulah ketika memasuki abad ke-20, cerpen mulai mengalami perkembangan yang cukup baik dan terus berkembang semakin pesat dewasa ini.
Diposting oleh
my blog
Label:
BHS. INDONESIA
0 komentar:
Posting Komentar